Manusia pada dasarnya adalah kikir dan memanglah kuat dalam menggengam harta dan suka bermegah-megahan. Bahkan kalau bisa tidak ada satupun harta kita yang keluar sedikitpun untuk orang lain kecuali hanyalah untuk menambah kebutuhan/pun kesenagan pada diri kita. Tanpa kita sadari bahakan kita bisa jadi masuk dalam kateori orang seperti tersebut apabila kita tidak tahu/ pun faham apa fungsi harta yang sesungguhnya, yang telah Alah berikan dan titipkan pada diri kita. Mari kita simak salah satu Ayat dalam al Quran :
Surat ke 70 Al-Ma’aij ayat : 19-30
- اِنَّ الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ هَلُوۡعًا ۙ
Innal insaana khuliqa haluu’aa
- Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.
- اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوۡعًا
Izaa massahush sharru jazuu’aa
- Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah,
- وَاِذَا مَسَّهُ الۡخَيۡرُ مَنُوۡعًا
Wa izaa massahul khairu manuu’aa
- dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir,
- اِلَّا الۡمُصَلِّيۡنَۙ
Illal musalliin
- kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat,
- الَّذِيۡنَ هُمۡ عَلٰى صَلَاتِهِمۡ دَآٮِٕمُوۡنَ
Allaziina hum ‘alaa Salaatihim daaa’imuun
- mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya,
- وَالَّذِيۡنَ فِىۡۤ اَمۡوَالِهِمۡ حَقٌّ مَّعۡلُوۡمٌ
Wallaziina fiii amwaalihim haqqum ma’luum
- dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu,
- لِّلسَّآٮِٕلِ وَالۡمَحۡرُوۡمِ
Lissaaa ‘ili walmahruum
- bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta
- وَالَّذِيۡنَ يُصَدِّقُوۡنَ بِيَوۡمِ الدِّيۡنِ
Wallaziina yusaddiquuna bi yawmid Diin
- dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,
- وَالَّذِيۡنَ هُمۡ مِّنۡ عَذَابِ رَبِّهِمۡ مُّشۡفِقُوۡنَۚ
Wallaziina hum min ‘azaabi Rabbihim mushfiquun
- dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya,
- اِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمۡ غَيۡرُ مَاۡمُوۡنٍ
Inna ‘azaaba Rabbihim ghairu maamuun
- sesungguhnya terhadap azab Tuhan mereka, tidak ada seseorang yang merasa aman (dari kedatangannya),
- وَالَّذِيۡنَ هُمۡ لِفُرُوۡجِهِمۡ حٰفِظُوۡنَۙ
Wallaziina hum lifuruu jihim haafizuun
- dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,
- اِلَّا عَلٰٓى اَزۡوَاجِهِمۡ اَوۡ مَا مَلَـكَتۡ اَيۡمَانُهُمۡ فَاِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُوۡمِيۡنَۚ
Illaa ‘alaaa azwaajihim aw maa malakat aymaanuhum fainnahum ghairu maluumiin
- kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka tidak tercela.
Dalam penjelasan ayat diatas jelas menerangkan bahwa sebagai manusia pada dasarnya kita memiliki watak berkeluh kesah dan kikir kecuali “dalam ayat 22 dan seterusnya “
- Mendirikan shalat dan Istiqomah dalam shalatnya.
- Bersedekah pada orang miskin yang meminta/ pun tidak meminta.
- Mempercayai hari pembalasan.
- Orang yang takut terhadap adzab Allh SWT.
- Memelihara kemaluanya kecuali kepada istri mereka.
Jelas kiranya ini sebagai renungan dan tamparan bagi kita, Apakah kita masuk dalam kategori orng-orang yang masih saja berkeluh kesah dan kikir. Ayat diatas memberi kita gambaran yang sangat jelas bagaimana agar kita terhindar dari sifat berkeluh kesah dan kikir. Hati-hatilah dalm melangkah yang menjadikan kita bagian orang yang kufur ataupun beriman kitalah yang menetukan. Mari bergerak dan berbagi bersama kami YRBI ( Yayasan Rela Berbagi Indonesia ) saudara-saudara kita menanti uluran tangan kita.