YRBI – “Tapi handphoneku dimana ya? Perasaan aku taruh di saku. Kok hilang?! Kira kira siapa yang ngambil tadi ya? Tadi aku lewat mana ya? Terakhir ku pakai waktu apa ya?”
Panik dan kecurigaan tetiba muncul saat menelusuri benda-benda kesayangan yang tiba-tiba lenyap dari genggaman. Kita sebagai manusia cenderung merasa kehilangan terhadap hal yang berwujud. Namun cenderung lalai ketika ada suatu hal yang tak terlihat itu hilang. Seperti hilangnya amalan, waktu, usia, dan sebagainya. Padahal kita diminta untuk senantiasa mengevaluasi diri terhadap apa yang telah kita kerjakan.
Abu Bakar bin ‘Iyyasy heran dengan orang yang menjaga hartanya tapi menelantarkan waktunya. Beliau berkata, “Ada orang yang jika satu dirham uangnya jatuh di jalan akan mengatakan, _‘Inna lillah,_ uangku sebesar satu dirham amblas’. Ironinya dia tidak pernah berucap, ‘Satu hariku hilang tanpa kumanfaatkan dengan beramal”.
Sebuah teladan dari Mufadhdhal bin Yunus yang mengatakan pada diri sendiri ketika menjelang petang, “Sudah genap sehari umurku berlalu.” Demikian pula jika pagi tiba, beliau menyambutnya dengan berkata, “Genap sudah semalam umurku berkurang”.
Saat menjelang meninggal beliau menangis seraya berkata, “Aku sadar dengan beriringnya malam dan siang aku memiliki hari yang sangat menyusahkan, menyedihkan dan menyesakkan. Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan zat yang menetapkan kematian atas makhluknya dan menjadikannya sebagai sebuah keadilan di antara hamba-hambaNya”. Setelah itu beliau membaca firman Allah,
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. al Mulk[67]: 2).
Beliau kemudian menarik napas panjang lantas tak lama kemudian meninggal.[]